Kepemimpinan
demokratis adalah kepemimpinan berdasarkan demokrasi yang pelaksanaannya
disebut pemimpin partisipasi (partisipative leadership). Kepemimpinan
partisipasi adalah suatu cara pemimpin yang kekuatannya terletak pada
partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Bentuk
kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai factor utama dan terpenting.
Setiap orang akan dihargai dan dihormati sebagai manusia yang memiliki
kemampuan, kemauan, pikiran, minat, perhatian dan pendapat yang berbeda
antarsatu dengan yang lainnya. Oleh karena itu setiap orang harus dimanfaatkan
dengan mengikutsertakannya dalam semua kegiatan organisasi. Keikutsertaan itu
disesuaikan dengan posisinya yang masing-masing memiliki wewenang dan tanggung
jawab bagi tercapaianya tujuan bersama.
Kepala
sekolah yang demokratis menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok,
memiliki sifat terbuka, dan memberikan kesempatan kepada para tenaga
kependidikan untuk ikut berperan aktif dalam membuat perencanan, keputusan,
serta menilai kinerjanya. Kepala sekolah yang demokratis memerankan diri
sebagai pembimbing, pengarah, pemberi petunjuk, serta bantuan kepada para
tenaga pendidikan. Oleh karena itu dalam rapat sekolah, kepala sekolah ikut
melibatkan diri secara langsung dan membuka interaksi dengan tenaga pendidikan,
serta mengikuti berbagai kegiatan rapat sekolah.
Dalam
suasana kerja kepemimpinan yang demokratis sebagian besar atau hampir seluruh
kebijakan dan keputusan-keputusan penting berasal dan disesuaikan dengan
tuntutan-tuntutan situasi kelompok, dimana pemimpin bersama-sama dengan anggota
kelompok ambil bagian secara aktif di dalam perumusan kebijakan umum,
keputusn-keputusan penting dan program lembaga kerja itu.
Suatu
kepemimpinan pendidikan tidaklah dapat dikatakan berciri demokratis jika
kegiatan pimpinan dan situasi kerja yang dihasilkannya tidak menunjukkan secara
nyata penerapan prinsip-prinsip kepemimpinan sebagai berikut dibawah ini:
a. Prinsip
partisipasi
Dalam suatu
kepemimpinan pendidikan yang demokratis masalah partisipasi setiap anggota staf
pada setiap usaha lembaga tersebut dipandang sebagai suatu kepentingan yang
mutlak harus dibangkitkan.
Pemimpin
dengan berbagai usaha mencoba membangkitkan dan memupuk subur kesadaran setiap
anggota stafnya agar mereka merasa rela ikut bertanggung jawab, dan selanjutnya
secara aktif ikut serta memikirkan dan memecahkan masalah-masalah juga
menyangkut perencanaan dan pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran.
Berhasilnya
pemimpin menimbulkan minat, kemauan dan kesadaran bertanggungjawab daripada
setiap anggota staf dan bahkan individu diluar staf yang ada hubungan langsung
dan tidak langsung dengan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran pada
lembaga kerjanya itu, dan yang selanjutnya menunjukkan partisipasi mereka
secara aktif, berarti satu fungsi kepemimpinan telah dapat dilaksanakannya
dengan baik.
b. Prinsip
Koperasi
Adanya
partisipasi anggota staf belum berarti bahwa kerjasama diantara mereka telah
terjalin dengan baik. Partisipasi juga bisa terjadi dalam bentuk spesialisasi
bentuk tugas-tugas, wewenang tanggung jawab secara ketat diantara
anggota-anggota, dimana setiap anggota seolah-olah berdiri sendiri-sendiri dan
berpegang teguh pada tugastugas, tanggung jawab dan wewenang masing-masing
individu.
Partisipasi
harus ditingkatkan menjadi kerjasama yang dinamis, dimana setiap individu
bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diperuntukkan khusus bagi dirinya,
merasa berkepentingan pula pada masalah-masalah yang menyangkut suksesnya
anggota-anggota lain, perasaan yang timbul karena kesadaran bertangung jawab
untuk mensukseskan keseluruhan program lembaga kerjanya. Adanya perasaan dan
kesadaran semacam itu memungkinkan mereka untuk bantu membantu, bekerjasama
pada setiap usaha pemecahan masalah yang timbul didalam lembaga, yang mungkin
bisa menghambat keberhasilan dalam pencapaian tujuan program lembaga kerja
secara keseluruhan yang telah disepakati dan ditetapkan bersama-sama.
c. Prinsip
Hubungan kemanusiaan yang Akrab
Suasana
kerjasama demokratis yang sehat tidak akan ada, tanpa adanya rasa persahabatan
dan persaudaraan yang akrab, sikap saling hormat menghormati secara wajar
diantara seluruh warga lembaga-lembaga kerja tersebut.Hubungan kemanusiaan
seperti itu yang disertai unsur-unsur kedinamisan, merupakan pelicin jalan
kearah pemecahan setiap masalah yang timbul dan sulit yang dihadapi.
Pemimpin
harus menjadi sponsor utama bagi terbinanya hubungan-hubungan sosial dan
situasi pergaulan seperti tersebut diatas didalam lembaga kerja yang dipimpinnya
itu.pemimpin tidak berlaku sebagai majikan atau mandor terhadap pegawai dan
buruhnya, tetapi ia sejauh mungkin menempatkan diri sebagai sahabat terdekat
daripada semua anggota staf dan penyumbang-penyumbang diluar staf dengan tidak
pula meninggalkan unsur-unsur formal jabatan.
d. Prinsip
Pendelegasian dan Pemencaran Kekuasan dan Tanggung jawab
Pemimpin
pendidikan harus menyadari bahwa kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab yang
ada padanya sebagian harus didelegasikan dan dipancarkan kepada anggota-anggota
staf kerja juga mampu untuk menerima dan melaksanakan pendelegasian dan
pemancaran kekuasaan, wewenang, dan tanggung jawab agar proses kerja lembaga
secara keseluruhan berjalan lancar efisien dan efektif.
Melalui
Pendelegasian dan Pemencaran Kekuasan dan Tanggung jawab yang tepat, serasi dan
merata, moral kerja akan ikut terbina secara sehat, semangat kerja dan perasaan
tanggungjawab akan terbangkit dan bertumbuh dengan subur. Melalui cara ini
perkembangan pribadi dan jabatan staf akan terangsang untuk bertumbuh secara
kontinyu, pemimpin dapt berkesempatan untuk mengetahui, menemukan dan
selanjutnya membinan kader-kader pemimpin yang potensial dikalangan stafnya.
Pembinaan kepemimpinan melalui latihan dalam bentuk delegasi dan pemencaran
kekuasaan, wewenang dan tanggungajawab merupakan cara yang paling praktis
disamping usaha-usaha pembinaan lainnya, bagi kepentingan kepemimpinan
pendidikan yang lebih bermutu dimasa depan.
e. Prinsip
Kefleksibelan organisasi dan Tata kerja
Organisasi
kerja disusun dengan maksud mengatur kegiatan dan hubungan-hubungan kerja yang
harmonis, efiseien dan efektfif. Kefleksibelan organisasi menjamin orgasnisasi
dan tata kerja serta hubungan-hubungan kerja selalu sesuai dengan
kenyataan-kenyataan dan problema-problema baru yang slalu muncul dan berubah
terus menerus.
Jadi jelas
bahwa prinsip fleksibilitas itu merupakan faktor penting dalm organisasi
administrasi pendidikan yang demokratis. Dalam kebutuhan yang lebih luas
fleksibilitas itu tidak hanya terbatas pada struktur organisasi,
hubungan-hubungan tata kerja, tetapi juga pada masalah-masalah dan hal-hal lain
yang menyangkut kehidupan individu dan kelompok dalm lembaga kerja.
f. Prinsip
Kreatifitas
Pertumbuhan
dan perkembangan sesuatu lembaga pendidikan pengajaran disamping faktor
material dan fasilitas lainnya, terutama tentang pertumbuhan dan perkembangan
program dan aktivitas kerja, sebagian besar berakar pada kreativitaskerja pada
setiap personil pimpinan dan pelaksana didalam lembaga itu. Untuk dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada di masyarakat, lembaga pendidikan
harus menjadi lembaga lembaga kerja yang kreatif dan dinamis, dimana setiap
anggota staf memiliki ide-ide, pikiran-pikiran dan konsep baru tentang
prosedur, tata kerja dan metode-metode mendidik dan mengajaran yang lebih
efektif.
Dari
penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan merupakan norma
perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain.
Gaya
kepemimpinan adalah sebuah pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami
suksesnya kepemimpinan, dengan memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan
oleh pemimpin. Dengan adanya tiga gaya kepemimpinan diatas yang memiliki
perbedaan kelebihan masing-masing untuk diterapkan di sekolah. Dimana gaya
kepemimpinan otokrasi dapat diterapkan pada bawahan yang kurang berpengetahuan
yang masih membutuhkan bimbingan secara langsung dan kontinyu. Gaya kepemimpina
laissez faire dapat diterapkan pada sekolah yang bawahanya sudah mandiri dan
dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedural. Sedangkan gaya demokrasi
sangat sesuai apabila diterapkan di sekolah yang mengutamakan prinsip timbal
balik dan saling memberikan manfaat bagi sesamanya.
\
1.
Presiden John F. Kennedy
John Fitzgerald Kennedy (lahir
di Brookline, Massachusetts, 29 Mei 1917 – meninggal di Dallas, Texas, Amerika
Serikat, 22 November 1963 pada umur 46 tahun), sering disebut John F. Kennedy,
Kennedy, John Kennedy, Jack Kennedy, atau JFK adalah Presiden Amerika Serikat
yang ke-35. Pada 1960, ia menjadi president Amerika Serikat kedua yang
termuda setelah Theodore Roosevelt . Kennedy menjadi presiden setelah dilantik
pada 20 Januari 1961. Jabatan kepresidennya terhenti setelah terjadi pembunuhan
terhadap dirinya pada 1963. Ia tewas oleh terjangan peluru saat melakukan
kunjungan ke Dallas (Texas) pada 22 November 1963.
Presiden John F.
Kennedy adalah pemimpin demokratis yang terkenal. Seseorang tidak salah
ketika mengatakan Presiden Kennedy adalah seorang Demokrat dan tentunya ia akan
dikenang sebagai seorang pemimpin besar. Ia adalah salah satu pemimpin
demokratis yang terkenal. Selain seorang pemimpin yang demokratis, John
F.Kenedy juga pemimpin paling karismatik di Amerika Serikat. John F. Kennedy
berasal dari keluarga yang kuat, dan diberkati dengan penampilan yang baik di
samping kharisma pribadinya.
Kepemimpinan JFK memang
terlihat sejak Perang Dunia ke 2 sebagai seorang Letnan memimpin sebuah kapal
torpedo (Torpedo Patrol Boat) PT 109 di Samudera Pacific yang
saat itu diserang oleh tentara Jepang dan kapalnya
tenggelam. John yang terluka parah pada bagian punggungnya masih
mampu memotivasi anak buahnya untuk menyelamatkan dirinya bahkan meminta
bantuan. Tindakan kepahlawanannya membawanya mendapatkan penghargaan dari
Angkatan Laut dan Marinir AS.
Presiden yang hanya memimpin
AS dalam 1036 hari ini mempunyai banyak legacy (warisan)
dari pemerintahan singkatnya antara lain rencana pendaratan astronot di
bulan, penegakan hak-hak kaum sipil, peredaan ketegangan dan konfrontasi di
Teluk Babi dengan Uni Soviet pada era perang dingin dan lainnya.
2.
Dwight D. Eisenhower
Dwight David
Eisenhower, terlahir David Dwight Eisenhower (lahir diDenison, Texas, 14 Oktober 1890 – meninggal di Washington, D.C., 28 Maret1969 pada umur 78 tahun), atau juga
dikenal dengan nama panggilan "Ike", tentara dan politikus Amerika.
Ia menjabat Presiden Amerika Serikat ke-34
(1953–1961).
Pada Perang Dunia II, ia adalah Panglima Tertinggi Sekutu di Eropa dengan
pangkat Jenderal Angkatan Darat . Pada 3 Januari 1959, ia meresmikan
penetapan Alaska sebagai negara bagian yang ke-49 yang merupakan
wilayah terluas di Amerika. Eisenhower adalah satu-satunya presiden yang pernah
berdinas dalam Perang Dunia I maupun Perang Dunia II.
Sesudah
perang, Dwight Eisenhower berturut-turut menjadi Kepala Staf Angkatan Darat
Amerika, Presiden Universitas Columbia di New York, dan Panglima Tertinggi
pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO,
di Paris. Pada saat itu, baik Partai Demokrat maupun Partai Republikmembujuknya
supaya bersedia menjadi calon Presiden masing masing. Akhirnya ia terpilih
menjadi Presiden dengan perbedaan suara yang banyak sekali.
Dengan
berunding berdasarkan kekuatan militer Presiden Dwight Eisenhower berusaha
meredakan ketegangan akibat perang dingin. la antara lain berhasil mengadakan
penghentian tembak menembak sepanjang perbatasan Korea Selatan, dan menutup
perjanjian perdamaian yang menjadikan Austria sebuah negara netral.
Presiden
Dwight Eisenhower, yang dua kali berturut-turut menjadi presiden sampai 1960,
menyebutkan dirinya seorang moderat.
b.
Menentang pengawasan pemerintah atas harga-harga
barang-barang dan kenaikan gaji.
c.
Mencegah keterlibatan pemerintah dalam
pertentangan antara kaum buruh dan pihak majikan.
d.
Mendorong program-program peluru kendali dan
melanjutkan bantuan luar negeri.
Dalam awal masa
pemerintahannya, Mahkamah Agung Amerika Serikat
memerintahkan desegregasi sekolah
di seluruh Amerika. Untuk menjamin agar sekolah-sekolah di kota Little Rock di
negara bagian Arkansas taat pada keputusan sebuah mahkamah federal untuk
mengadakan desegregasi, Presiden Dwight Eisenhower mengirim pasukan tentara ke
kota tersebut. la juga memerintahkan desegregasi dijalankan sepenuhnya di
kalangan angkatan bersenjata Amerika. Ia berkata:
“Di Amerika tidak boleh ada
warga Negara kelas dua”
Presiden Dwight Eisenhower
memusatkan perhatiannya pada usaha memelihara perdamaian dunia. Ia mengadakan
program rakyat ke rakyat yang mengajurkan agar rakyat biasa dari semua negara
saling bertemu dan berbicara untuk memupuk saling pengertian dan persahabatan.
Dari program ini timbullah program hubungan persaudaraan antara kota-kota
Amerika dan kota-kota negara-negara lain. Kini lebih dari 100 kota Amerika
mempunyai hubungan semacam itu dengan kota-kota di seluruh dunia. Program ini
dinamakan sister city. Presiden Eisenhower dengan gembira
menyaksikan perkembangan programnya "atom untuk perdamaian." Dalam
program itu, Amerika menyumbangkan uranium kepada negara-negara berkembang demi
kesejahteraan manusia. Pada 1964, Indonesia mendapat bantuan sebanyak $ 350.000 sebagai
sumbangan untuk pembangunan reaktor atom
di Bandung.
Einshower terkenal dengan gaya
kepeimpinanya sebagai berikut
1.
Gaya Kepemimpinan Demokratis, yakni gaya
pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada
permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam
gaya kepemimpinan demokratis, pemimpin memberikan banyak informasi tentang
tugas serta tanggung jawab para bawahannya. Dan gaya kepemimpinan ini ada dalam
diri Einshower.
2.
Gaya Kepemimpinan Karismatis, kelebihan dari
gaya kepemimpinan ini adalah mampu menarik orang, dan orang akan terpesona
dengan cara bicaranya yang dapat membangkitkan semangat dan membangkitkan
harapan, biasanya pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris. Pemimpin
seperti ini sangat menyenangi perubahan dan tantangan. Dan Einshower melakukan
gembrakan pada AS untuk tidak memandang masyarakat AS dengan kelas –kelas
sebuah perubahan yang di impikan oleh masyarakat AS.
3.
Gaya Kepemimpinan Moralis, gaya kepemimpinan
seperti ini adalah orangnya hangat dan sopan kepada semua orang. Gaya
kepemimpinan ini memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para
bawahannya, juga sabar, murah hati, segala bentuk kebajikan ada dalam
diri pemimpin ini. Orang–orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari
segala kekurangannya.
0 comments:
Post a Comment